Menebar Cahaya di Bulan Suci: Selapanan & Santunan Yatim Bersama KUA Ngaringan dan Fatayat NU Ngarap-Arap

Daftar Isi
Menebar Cahaya di Bulan Suci: Selapanan & Santunan Yatim Bersama KUA Ngaringan dan Fatayat NU Ngarap-Arap

Di bulan Muharram yang suci, ketika langit menurunkan keberkahan dan hati manusia kembali pada makna kemanusiaan yang hakiki, sebuah kegiatan penuh cinta digelar di Masjid Dusun Brenggolo, Desa Ngarap-Arap. Suasana siang itu terasa berbeda. Udara berembus lembut, seakan ikut menyambut kehadiran jiwa-jiwa yang berkumpul bukan karena undangan semata, melainkan karena panggilan nurani: untuk berbagi, untuk peduli, dan untuk menghidupkan cahaya kasih sayang di antara sesama.

Kegiatan selapanan dan santunan anak yatim yang diinisiasi oleh Fatayat NU Desa Ngarap-Arap ini bukan sekadar rangkaian acara rutin. Ia adalah wujud nyata cinta yang dirawat oleh tangan-tangan perempuan tangguh, yang dalam diamnya selalu berbuat tanpa pamrih. Di tengah-tengah kesibukan dan keterbatasan, mereka menghadirkan ruang harapan bagi anak-anak yang tumbuh dalam kekurangan, namun tetap menyimpan kekuatan besar dalam diam mereka. Anak-anak yatim itu hadir bukan sebagai tamu, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar yang disambut dengan penuh kehangatan dan pelukan doa.

Dalam suasana khidmat, lantunan doa dan dzikir bergema mengisi ruang masjid. Setiap kata yang diucap bukan hanya rangkaian lafaz, tapi juga titipan harapan yang melambung ke langit, agar hidup anak-anak ini selalu dilingkupi cahaya, walau sebagian pelindung mereka telah tiada. Tidak ada yang lebih indah dari momen ketika tangan yang memberi bertemu dengan tangan yang menerima dalam keikhlasan. Tak ada yang lebih menggetarkan selain melihat mata-mata polos anak-anak yatim bersinar karena merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai.

Kehadiran para tokoh masyarakat, para pemangku kebijakan (Kepala Desa Ngarap-Arap, Kepala Dusun Berenggolo), dan penyuluh agama KUA Kecamatan Ngaringan pada kegiatan ini semakin menegaskan bahwa cinta dan perhatian bukan hanya tugas individu, tetapi tanggung jawab bersama. Saat satu hati tergerak, maka hati yang lain akan ikut bergetar. Dan dari getaran-getaran kecil itulah lahir perubahan yang besar. Desa Ngarap-Arap hari itu bukan hanya menjadi saksi kegiatan seremonial, tapi juga menjadi saksi bahwa di tengah keterbatasan, masyarakatnya mampu menyalakan pelita kasih dan solidaritas.

Fatayat NU bukan hanya hadir sebagai organisasi perempuan, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai luhur: kasih sayang, kepekaan sosial, dan cinta kepada mereka yang paling layak mendapat perhatian. Di tangan mereka, kegiatan ini bukan hanya berlangsung dengan tertib dan hangat, tetapi juga meninggalkan jejak mendalam di hati siapa pun yang menyaksikan. Karena sejatinya, ketika cinta dijalankan dengan tulus, ia akan dikenang bukan karena acaranya, tapi karena rasa yang ditinggalkannya.

Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi bagi langkah-langkah selanjutnya. Semoga setiap doa yang terucap hari itu menjadi penjaga bagi anak-anak yatim kita. Dan semoga semangat berbagi ini terus tumbuh, menjelma menjadi budaya hidup yang tak lekang oleh waktu—bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang mampu menjadi pelindung bagi sesamanya, terutama mereka yang tak lagi memiliki siapa-siapa.